Pengangguran dan Kesempatan Kerja
merupakan dua hal yang tidak dibahas secara insentif pada masa krisis
sekaran ini. Padahal, masalah ini sangat penting karena menyangkut
hampir semua warga masyarakat, dan mempunyai dampak sosial-ekonomi yang
krusial jika tidak dipecahkan secara krusial. Persoalan yang paling
mendasar dalam ekonomi ini menjadi tanggung jawab pemerintah, terutama
pemerintah daerah.
Kondisi Pengangguran
Pada bulan April 1999 pemerintah
mengumumkan bahwa tingkat pengangguran terbuka mencapai 5 juta orang.
Pada massa sebelum krisis, khususnya tahun 1996, tingkat
penggaguran terbuka mencapai tidak kurang dari 4,9 persen atau sekitar
4,4 juta orang. Hampir seluruh sektor dan kegiatan ekonomi mengalami
kontraksi, kecuali sektor pertanian, yang secara langsung menyebabkan
pengangguran.
Yang
paling parah adalah sektor bangunan, di mana pada tahun 1998 silam
tumbuh sekitar -30 persen (negatif). Sektor keuangan juga tidak kalah
tingkat kontraksinya terutama karena banyak bank mengalami kebangkrutan
akibat krisis utang luar negeri, dan banyak memberi kredit pada sektor
yang spekulatif. Belum lagi angka pengangguran dari angkatan kerja baru,
yang tidak bisa memasuki pekerjaan karena kondisi krisis dan stagnasi
berbagai kegiatan ekonomi. Jumlah angkatan kerja baru tersebut setiap
tahun diperkirakan mencapai 2,7 orang.
Kebijakan dan Program
Karena itu, masalah pengangguran
ini bersifat krusial, yang terasa bagi masyarakat dan pemerintah sampai
heirarki yang paling bawah (kecamatan dan desa). Kebijakan untuk
mengatasi pengangguran harus bersifat utama, yang secara pararel
dilaksanakan sejalan dengan proses pemulihan itu sendiri. Pada tingkat
pusat, kebijakan jaring pengaman sosial perlu mencakup program untuk
memerangi pengangguran ini. Artinya, sektor – sektor ekonomi rakyat
dapat dibangun kembali dengan bersandarkan pada pengeluaran pemerintah
pusat maupun daerah.
Di negara industri pada awal pertumbuhannya, upaya memerangi
pengangguran juga dimotori oleh pemerintah dengan cara membangun
jaringan jalan yang panjang, bendungan dan kegiatan produktif lainnya
yang berdampak luas terhadap penyerapan tenaga kerja. Pemerintah daerah
dapat mengambil inisiatif untuk program – program ini dengan sumber dana
dari pajak daerah, sumbangan pusat, atau inisiatif baru menjual
obligasi daerah. Pada tingkat desa, usaha – usaha yang sama dapat
dilakukan melalui kelembagaan lokal. Di Bali dikenal Subak, memperkuat
Kelembagaan Nagari di Sumatra Barata tau menhidupkan lumbung desa di
Jawa, yang basisnya pertanian. Lembaga – lembaga tersebut mulai
berguguran setelah modernisasi ekonomi yang tidak ramah menghilangkan
peranannya bagi perekonomian desa. Alasan klasiknya adalah inefisiensi.
Faktor mendasar dari upaya pemecahan persoalan pengangguran dan
penciptaan kesempatan kerja juga terletak pada kelemahan kelembagaan
pada tingkat Pemerintah Daerah.
Analisis
Berdasarkan
resume atau kesimpulan di atas maka kelompok kami memberikan anĂ¡lisis
sebagai berikut : bahwa masalah tenaga kerja dan pengangguran di
Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, hal ini dapat terlihat
dari jumlah angka pengangguran pada bulan april 1999 yang mencapai tidak
kurang dari 13 juta orang.sedangkan sebelum pada masa crisis pada tahun
1996 angka pengangguran mencapai 4,4 juta orang. Yang paling parah
terjadi pada sektor bangunan di mana pada tahun 1998 tumbuh sekitar – 30
persen. Sektor keuangan juga tidak kalah parahnya terutama karena
banyak bank mengalami kebangkrutan akibat krisis utang luar negeri dan
banyak memberi kredit pada sektor yang spekulatif. Jadi penambahan angka
pengangguran diakibatkan dari dua aspek, yaitu: angkatan kerja baru
yang tidak bisa bekerja dan pekerja yang terlampar dari pekerjaanya
akibat crisis dan kebangkrutan dunia usaha.
Adapun kebijakan dan program yang
harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi pengangguran harus
dilaksanakan sejalan dengan proses pemilihan itu sendiri. Adapun
kebijakan dan program pemerintah adalah:
- Kebijakan jaring pengaman sosial perlu untuk mengatasi pengangguran ini. Jadi sector-sektor ekonomi rakyat dapat di bangun kembali dengan bersandar pada APBN dan APBD untuk dapat menghidupkan denyut nadi ekonomi rakyat agar partisipasi ekonomi dapat lebih luas.
- Membangun jaringan jalan yang panjang, bendungan, dan kegiatan produktif lainnya yang berdampak kepada penyerapan tenaga kerja pola ini dapat ditiru pemerintah untuk pembangunan infrastruktur produksi di pedesaan, baik untuk jaringan irigasi kecil, pasar-pasar tradisional, jalan-jalan pedesaan.
- Kebijakan yang ditempuh untuk menciptakan lapangan kerja formal dan meningkatkan produktivitas pekerja dilaksanakan dengan: Menciptakan fleksibilitas pasar kerja dengan memperbaiki aturan main ketenagakerjaan yang berkaitan dengan rekrutmen, outsourcing, pengupahan, PHK, serta memperbaiki aturan main yang mengakibatkan perlindungan yang berlebihan.
- Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja serta Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar