SYARAFINA GHASSANI
26211986
1EB21
Struktur Produksi,Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Salah satu masalah yang paling mendasar dalam perekonomian sebuah
negara adalah tingginya angka kemiskinan. Angka ini sederhananya
dihitung dengan membagi banyaknya penduduk miskin dengan jumlah
keseluruhan penduduk di negara tersebut. Atau, jika hendak menghitung
jumlah rumah tangga yang tergolong miskin, dibagi dengan jumlah rumah
tangga yang terdata di negara bersangkutan. Angka hasil pembagian inilah
yang dinyatakan secara persentase sebagai angka kemiskinan relatif.
Semakin tinggi tingkat kemiskinan relatif, maka semakin buruk kondisi
perekonomian negara tersebut.
Tingkat kemiskinan itu sendiri telah menjadi parameter penting untuk
menilai tumbuh kembangnya suatu negara di dunia. Berdasarkan data yang
digunakan pemerintah, tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai kisaran
15 persen pada tahun 2010, atau turun sekitar 3 – 4 persen dari tahun
2009. Ini artinya hampir 2 dari 10 orang Indonesia adalah orang miskin.
Meskipun menurut Menko Perekonomian Hatta Radjasa jumlah kemiskinan di
Indonesia berkurang, namun data ini dapat diragukan validitasnya.
Hal ini antara lain karena standar kemiskinan yang digunakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) yang cuma USD 0,75 perhari. Artinya jika
dihitung dengan kurs saat ini, seseorang yang pendapatannya lebih dari
Rp. 6.000,- perhari sudah tidak dianggap miskin lagi oleh pemerintah.
Jadi kesannya orang miskin di Indonesia sudah berkurang.
Maka dengan membandingkan kenaikan gaji buruh, besar inflasi, dan
garis kemiskinan yang digunakan BPS dengan batas garis kemiskinan yang
ditetapkan World Bank dan negara-negara lain, ternyata jumlah orang
miskin di Indonesia sebenarnya bertambah. World Bank sendiri dalam
versinya mengenai kemiskinan mendefinisikan penduduk miskin saat ini
adalah mereka yang hidup dengan pendapatan perhari dibawah USD 2, atau
sekitar Rp. 18.000,-. Jika standar ini kita gunakan, pastinya jumlah
orang miskin di Indonesia tidak akan sekecil sekarang ini. Dan bahkan
menurut saya pribadi, angka USD 2 itu masih terlalu kecil untuk
digunakan. Bayangkan apa yang dapat dilakukan oleh orang berpendapatan
sekecil itu untuk mengembangkan hidupnya.
Selain angka kemiskinan yang meragukan itu, efektivitas penggunaan
anggaran untuk pengentasan kemiskinan juga layak dipertanyakan karena
terbukti tidak mampu mengatasi pengurangan jumlah kemiskinan dan
pengangguran secara signifikan. Sebagai contoh pada tahun 2009 dana yang
digelontorkan pemerintah sebesar Rp. 71 triliun untuk mengurangi 15,1
juta jiwa penduduk miskin, tepatnya dari angka awal 32,35 juta (2009)
menjadi 31,02 juta (2010). Artinya, untuk mengentaskan satu orang miskin
selama 2009 dibutuhkan dana Rp. 47 juta. Angka yang sangat tidak
rasional.
Philips dan Legates (1981) mengemukakan empat pandangan tentang kemiskinan, yaitu pertama,
kemiskinan dilihat sebagai akibat dari kegagalan personal dan sikap
tertentu khususnya ciri-ciri sosial psikologis individu dari si miskin
yang cendrung menghambat untuk melakukan perbaikan nasibnya. Akibatnya,
si miskin tidak melakukan rencana ke depan, menabung dan mengejar
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Kedua,
kemiskinan dipandang sebagai akibat dari sub budaya tertentu yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Kaum miskin adalah kelompok
masyarakat yang memiliki subkultur tertentu yang berbeda dari golongan
yang tidak miskin, seperti memiliki sikap fatalis, tidak mampu melakukan
pengendalian diri, berorientasi pada masa sekarang, tidak mampu menunda
kenikmatan atau melakukan rencana bagi masa mendatang, kurang memiliki
kesadaran kelas, atau gagal dalam melihat faktor-faktor ekonomi seperti
kesempatan yang dapat mengubah nasibnya. Ketiga,
kemiskinan dipandang sebagai akibat kurangnya kesempatan, kaum miskin
selalu kekurangan dalam bidang keterampilan dan pendidikan untuk
memperoleh pekerjaan dalam masyarakat. Keempat,
bahwa kemiskinan merupakan suatu ciri struktural dari kapitalisme,
bahwa dalam masyarakat kapitalis segelintir orang menjadi miskin karena
yang lain menjadi kaya. Jika dikaitkan dengan pandangan konservatisme,
liberalisme dan radikalisme, maka poin pertama dan kedua tersebut
mencerminkan pandangan konservatif, yang cendrung mempersalahkan
kemiskinan bersumber dari dalam diri si miskin itu sendiri. Ketiga lebih
mencerminkan aliran liberalisme, yang cendrung menyalahkan
ketidakmapuan struktur kelembagaan yang ada. Keempat dipengaruhi oleh
pandangan radikalis yang mempersalahkan hakekat atau prilaku negara
kapitalis.
Pengertian kemiskinan disampaikan oleh beberapa ahli atau lembaga,
diantaranya adalah
- BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
- Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
- Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
- Menurut Ellis (1994) kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik.
- Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
- Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material.
- Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa pengertian tersebut dapat diambil satu poengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.
http://okkitrinanda.blog.com/2011/10/08/kemiskinan-dan-distribusi-pendapatan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar