Rabu, 29 Mei 2013

Tulisan
Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Nama : Syarafina ghassani
NPM : 26211986
Kelas : 2EB24


Peranan Hukum Dalam Ekonomi Indonesia Dan Pelaksanaannya Dalam Otonomi Daerah









Tugas Softskill Minggu ke 9
Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Nama  : Syarafina ghassani
NPM    : 26211986
Kelas   : 2EB24

WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN


BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
a.   Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran peru­sahaan;
b.   Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indone­sia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba;
c.   Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan;      
d.   Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba;          
e.   Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam       bidang perdagangan.

BAB II
TUJUAN DAN SIFAT
Pasal 2
Daftar Perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang perusahaan yang tercantum dalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.
Pasal 3
Daftar Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak.
Pasal 4
(1)  Setiap pihak yang berkepentingan, setelah memenuhi biaya administrasi yang ditetapkan oleh Menteri, berhak memperoleh keterangan yang diperlukan dengan cara mendapatkan salinan atau petikan resmi dari keterangan yang tercantum dalam Daftar Perusahaan yang disahkan oleh pejabat yang berwenangv untuk itu dari kantor pendaftaran perusahan.
(2)  Setiap salinan atau petikan yang diberikan ketentuan ayat (1) pasal ini merupakan alat
sempurna.
     
BAB III
      KEWAJIBAN PENDAFTARAN
  Pasal 5
(1)  Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.
(2)  Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang bersangkutan atau dapat diwakil kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah.
(3)  Apabila perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, pemilik berkewajiban untuk melakukan pendaftaran. Apabila salah seorang daripada mereka telah memenuhi kewajibannya, yang lain dibebaskan daripada kewajiban tersebut.
(4)  Apabila pemilik dan atau pengurus dari suatu­ perusahaan yang berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia tidak bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia, pengurus atau kuasa yang ditugaskan memegang pimpinan perusahaan berkewajiban untuk mendaftarkan.
Pasal 6
(1)      Dikecualikan dari wajib daftar ialah:
a.   Setiap Perusahaan Negara yang berbentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN) seperti diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40) jo. Indisc Bedrijvenwek (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419) sebagaimana telah diubah dan ditambah.
b.   Setiap Perusahaan Kecil Perorangan yang dijalankan oleh pribadi pengusahanya sendiri atau dengan mempekerjakan hanya anggota keluarganya sendiri yang terdekat serta tidak memerlukan izin usaha dan tidak merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan.
(2)  Perusahaan Kecil Perorangan yang dimaksud dalam huruf b ayat (1) pasal ini selanjutnya diatur oleh Menteri dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 7
Perusahaan yang wajib didaftar dalam Daftar Perusahaan adalah setiap perusahaan yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Negara Republik Indone­sia menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk di dalamnya kantor cabang, kantor pembantu, anak perusahaan serta agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai wewenang untuk meng­adakan perjanjian.
Pasal 8
Perusahaan sebagaimana dimaksud daiam Pasal 7 Undang-undang ini berbentuk:
a.   Badan Hukum, termasuk di dalamnya Koperasi;
b.      Persekutuan;
c.   Perorangan
d.   Perusahaan lainnya di luar yang tersebut pada huruf­huruf a, b, dan c pasal ini.

BAB IV
CARA DAN TEMPAT SERTA WAKTU PENDAFTARAN
Pasal 9
(1)  Pendaftaran dilakukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang ditetapkan oleh Menteri pada kantor tempat pendaftaran perusahaan.
(2)  Penyerahan formulir pendaftaran dilakukan pada kantor pendaftaran perusahaan yaitu:
a.   di tempat kedudukan kantor perusahaan;
b.   di tempat kedudukan setiap kantor cabang, kantor pembantu perusahaan atau kantor anak perusahaan;
c.   di tempat kedudukan setiap kantor agen dan perwakilan perusahaan yang mempunyai wewenang untuk mengadakan perjanjian.
(3)  Dalam hal suatu perusahaan tidak dapat didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam       ayat (2) pasal ini, pendaftaran dilakukan pada kantor pendaftaran perusahaan di Ibukota Propinsi tempat kedudukannya.
Pasal 10
Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah perusahaan mulai menjalankan usahanya.

BAB V
HAL-HAL YANG WAJIB DIDAFTARKAN
Pasal 11
(1)  Apabila perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas, selain memenuhi ketentuan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah:
           
            a.   1.      nama perseroan;
                  2.      merek perusahaan;      
           
            b.    1.      tanggal pendirian perseroan;      
                  2.      jangka waktu berdirinya perseroan;
           
            c.    1.      kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha perseroan;      
                  2.      izin-izin usaha yang dimiliki;
     
            d.   1.      alamat perusahaan pada waktu perseroan didirikan dan setiap perubahannya; alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu dan agen serta perwakilan perseroan;    
           
            e.      berkenaan dengan setiap pengurus dan komisaris:        
                   l.      nama lengkap dan setiap alias-aliasnya; setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan   huruf e angka 1;        
                   2.      nomor dan tanggal tanda bukti diri;           
                   3.      alamat tempat tinggal yang tetap;         
                   4.      alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;            
                   5.      tempat dan tanggal lahir; .        
                  6.      negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik Indonesia;    7.      kewarganegaraan pada saat pendaftaran;          
                 8.      setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka 8;            9.      tanda tangan;            
                  10.      tanggal rnulai menduduki jabatan;     
            f.      lain-lain kegiatan usaha dari setiap pengurus dan komisaris; '      
            g.    1.      modal dasar;        
                   2.      banyaknya dan nilai nominal masing-masing saham;
                   3.      besarnya modal yang ditempatkan;        
                   4.      besarnya modal yang disetor;
            h.    1.      tanggal dimulainya kegiatan usaha;
                   2.      tanggal dan nomor pengesahan badan hukum
                   3.      tanggal pengajuan permintaan pendaftaran
(2)  Apabila telah diterbitkan saham atas nama yang maupun belum disetor secara penuh, di samping hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, wajib didaftarkan hal-hal mengenai setiap pemilik pemegang saham-saham itu yaitu:

 1.  nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
 2.  setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan ayat (2) angka 1;
 3.  nomor dan tanggal tanda bukti diri;
 4.  alamat tempat tinggal yang tetap;
 5.  alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia;
 6.  tempat dan tanggal lahir;
 7.  negara tempat lahir apabila dilahirkan diluar wilayah Negara Republik Indonesia;
 8.      kewarganegaraan;
 9.  setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan ayat (2) angka 8,
10. jumlah saham yang dimiliki,
11. jumlah uang yang disetorkan atas tiap saham.
(3)  Pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian.
(4)  Hal-hal yang wajib didaftarkan, khusus bagi Perseroan Terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat dengan perantaraan pasar modal, diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 12
(1)  Apabila perusahaan berbentuk Koperasi, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah:
a.   1.      nama koperasi; ,
      2.      nama perusahaan apabila berlainan dengan huruf a angka 1;
      3.      merek perusahaan.
b.   tanggal pendirian;
c.      kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha;
d.   alamat perusahaan berdasarkan akta pendirian; ber­kenaan dengan setiap pengurus, dan anggota badan pemeriksa:           
                        1:      nama lengkap dan setiap alias- aliasnya;          
                        2.      setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka 1;    
                        3.      nomor dan tanggal tanda bukti diri;           
                        4.      alamat tempat tinggal yang tetap;        
                        5.      tanda tangan;            
                        6.      tanggal mulai menduduki jabatan;     
 e.      lain-lain kegiatan usaha dari setiap pengurus dan anggota badan pemeriksa;
           
 f.   1.      tanggal dimulainya kegiatan usaha;       
      2.      tanggal pengajuaan permintaan pendaftaran.
(2)  Pada waktu pendaftaran juga wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian koperasi yang disahkan serta sa­linan surat pengesahan dari pejabat yang berwenang untuk itu.
Pasal 13
(1)  Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah:
a.   tanggal pendirian dan jangka waktu berdirinya persekutuan;
b.   1.   nama persekutuan dan atau nama perusahaan ;
      2.   merek perusahaan;
c.   1.     kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha persekutuan;  
      2.     izin-izin usaha yang dimiliki;      
d.   1.   alamat kedudukan persekutuan dan atau alamat perusahaan;      
      2. alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu, dan agen serta perwakilan persekutuan;     
e.   jumlah sekutu yang diperinci dalam jumlal sekutu aktip dan jumlah sekutu pasip;        
f.    berkenaan dengan setiap sekutu aktip dan pasip;             
           1.     nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;         
           2.     setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan f angka 1;
           3.     nomor dan tanggal tanda bukti diri;                
           4.     alamat tempat tinggal yang tetap;              
        5.     alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat tinggal tetap di  Negara Republik Indonesia;       
           6.     tempat dan tanggal lahir;               
           7.     negara tempat lahir apabila dilahirkan diluar wilayah Negara Republik Indonesia;  
           8.      kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
           9.      setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf f angka 8;        
g.   lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu aktip dan pasip;
h.   besar modal dan atau.nilai barang yang disetorkan oleh setiap sekutu aktip dan pasip;
i.        1.   tanggal dimulainya kegiatan persekutuan;  
      2.   tanggal masuknya setiap sekutu aktip dan pasip yang baru  bila terjadi setelah didirikan     persekutuan;          
          3.   tanggal pengajuan permintaan pendaftaran.
j.    tanda tangan dari setiap sekutu aktip yang berwenang menandatangani untuk keperluan per­sekutuan;
(2)  Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer atas saham, selain hal-hal sebagaimana dirriaksud dalam ayat (1) pasal ini, juga wajib didaftarkan hal-hal mengenai modal yaitu:
a.      besarnya modal komanditer;
b.      banyaknya saham dan besarnya masing-masing saham;
  1. besarnya modal yang ditempatkan;
  2. besarnya modal yang disetor.
(3)  Pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian yang disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu. ­
Pasal 14
(1)  Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Firma, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah:
a.   1.      tanggal pendirian persekutuan;
            2.      jangka waktu berdirinya persekutuan apabila ada;
      b.   l.      nama persekutuan atau nama perusahaan;
            2.      merek perusahaan apabila ada;
      c.   1.      kegiatan pokok dari lain-lain kegiatan usaha per­sekutuan;
            2.      izin-izin usaha yang dimiliki;
      d.   1.      alamat kedudukan persekutuan;
            2.      alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu dan agen serta perwakilan persekutuan;
      e.      berkenaan dengan setiap sekutu:
            l.      nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
            2.      setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka l;
            3.      nomor dan tanggal tanda bukti diri;
            4.      alamat tempat tinggal yang tetap;
            5.      alamat dan negara tempat tinggal yang apabila tidak tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesta;
            6.      tempat dan tanggal lahir;
            7.      negara tempat lahir apabila dilahirkan, diluar wilayah Negara Republik lndonesia;
            8.      kewarganegaraan pada saat pendaftaran; 
            9.      setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka 8.
      f.    lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu; :
     
      g.   jumlah modal (tetap) persekutuan,
      h.   1.      tanggal dimulaiya kegiatan persekutuan;
            2.      tanggal masuknya setiap sekutu yang baru yang terjadi setelah didirikan persekutuan;
            3.      tanggal pengajuan permintaan pendaftaran.
      i.    tanda tangan dari setiap sekutu (yang berwewenang menandatangani untuk keperluan persekutuan).
(2)  Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Firma memiliki akta pendirian, pada waktu mendaftar wajib diserahkan salinan-salinan resmi akta pendirian yang disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
Pasal 15
(1)  Apabila perusahaan berbentuk perorangan hal-hal wajib didaftarkan adalah :
      a.   1.      nama lengkap pemilik atau pengusaha dan setiap alias-aliasnya;
            2.      setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf a angka 1;
            3.      namor dan tanggal tanda bukti diri,
      b.   1.      alamat tempat tinggal yang tetap,
          2.      alamat dan negara tempat tinggal yang tetap, apabila tidak bertempat tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;
      c.   1.      tempat dan tanggal lahir pemilik atau pengusaha;
            2.      negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik Indonesia,
      d.   1.      kewarganegaraan pemilik atau pengusaha pada saat pendaftaran;
            2.      setiap kewarganegaraan pemilik atau pengusaha dahulu apabila berlainan. dengan huruf d angka l;
      e.   nama perusahaan dan merek perusahaan apabila ada;
      f.    1.      kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha;
            2.      izin-izin usaha. yang dimiliki;
      g.   1.      alamat kedudukan perusahaa;
            2.      alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu, dan agen serta perwakilan perusahaan apabila ada,
      h.   jumlah modal tetap perusahaan apabila ada;
      i.    l.      tanggal dimulai kegiatan perusahaan;
            2.      tanggal pengajuan permintaan pendaftaran.
(2)  Apabila perusahaan berbentuk usaha perorangan me­miliki akta pendirian pada waktu mendaftarkan wajib menyerahkan salinan-salinan resmi akta pendirian yang disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
Pasal 16
(1)  Apabila perusahaan berbentuk usaha lainnya di luar dari pada sebagaimana dimaksud, dalam Pasal-pasal 11, 12, 13, 14 dan 15 Undang-undang ini, hal-hal yang wajib didaftarkan adalah:
      a.   nama dan merek perusahaan;
      b.   tanggal pendirian perusahaan;
      c.   1.      kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha perusahaan;
            2.      izin-izin usaha yang dimiliki;
d.    l.      alamat perusahaan berdasarkan akta pendirian;
       2.       alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu dan agen serta perwakilan perusahaan;
      e.      berkenaan dengan setiap pengurus dan komisari atau pengawas:
             1.      nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
             2.      setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka l;
             3.      nomor dan tanggal tanda bukti diri;
             4.      alamat tempat tinggal yang tetap;
             5.      alamat dan negara tempat tinggal yang tetap, apabila tidak bertempat tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;
             6.      tempat dan tanggal lahir;
             7.      negara tempat lahir apabila dilahirkan diluar wilayah Negara Republik Indonesia;
             8.      kewarganegaraan pada saat pendaftaran; .
             9.      setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf c angka 8;
            10.      tanda tangan;
            11.      tanggal mulai menduduki jabatan; 
      f.    lain-lain kegiatan usaha dari setiap pengurus dan komisaris atau pengawas;
      g.   1.      modal dasar;
            2.      besarnya modal yang ditempatkan;
            3.      besarnya modal yang disetorkan;
      h.   1.      tanggal dimulainya kegiatan perusahaan;
            2.      tanggal pengajuan permintaan pendaftaran;
(2)  Pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian dan lain-lain surat pernyataan pengesahan dari pejabat yang berwenang untuk itu.
Pasal 17
Hal-hal lain wajib didaftarkan sepanjang belum diatur dalam Pasal-pasal 11, 12, 13, 14, 15, dan 16 Undang-undang ini diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Sumber :
http://www.sisminbakum.go.id/peraturan/Data/UU%20No%203%20&%20Penj.php
Tugas Softskill Minggu ke 6 dan 7
Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Nama : Syarafina ghassani
NPM : 26211986
Kelas : 2EB24

HUKUM DAGANG
Hubungan Hukum Perdata Dengan Hukum Dagang

Menurut ilmu hukum, definisi hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara individu-individu dalam masyarakat. Ada juga menyebutkan Hukum Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain
Sedangkan hukum dagang ialah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan. Ada juga yang menyebutkan hukum yang mengatur hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan perdagangan.
Hubungan antara hukum perdata dan hukum biasalah dikenal dengan istilah special derogate legi generali. Artinya apabila adanya pengaturan Hukum dagang maka dapat mengenyapingkan pengaturan yang diatur didalam Hukum Perdata
Dalam perkembangannya, aturan yang telah diatur didalam Hukum Perdata banyak kemudian diatur diluar Hukum Perdata. Selain itu juga, banyak peraturan yang kemudian dielimir oleh Mahkamah Agung sesuai dengan perkembangan zaman.
 

Masuknya Hukum Dagang di Indonesia

Kodifikasi hukum prancis pada tahun 1807 dinyatakan berlaku di Netherlands sampai pada tahun 1838. Dalam perkembangannya, Pemerintah Netherlands ternyata menginginkan adanya hukum dagang sendiri. Dalam usul KUHD Belanda dari tahun 1819 direncanakan sebuah KUHD yang terdiri atas 3 kitab, akan tetapi di dalamnya tidak lagi mengakui pengadilan istimewa yang menyelesaikan perkara-perkara yang timbul di bidang perdagangan, akan tetapi perkara perdagangan diselesaikan melalui pengadilan biasa.
Usul KUHD Belanda iniliah yang dijadikan sebagai KUHD Belanda pada tahun 1838. Akhirnya berdasarkan asas konkordansi, maka KUHD Netherlands 1838 ini kemudian menjadi contoh bagi pembuatan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di Indonesia pada tahun 1848.
Pada akhir abad 19, Prof. Mollengraaff merencanakan suatu undang-undang kepailitan yang akan menggantikan buku IIII KUHD Netherlands. Rancangan Mollengraaff ini kemudian berhasil dijadikan undang-undang kepailitan tahun 1893 dan berlaku pada tahun 1896.
Berdasarkan asas konkordansi pula sehinga perubahan tersebut juga diadakan di Indonesia pada tahun 1906. Pada tahun 1906 itulah kitab III Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di Indonesia diganti dengan peraturan kepailitan yang berdiri sendiri. Sehingga semenjak tahun 1906 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di Indonesia hanya terdiri atas dua kitab saja, yakni Kitab I yang berjudul tentang Dagang Umumnya dan Kitab II yang berjudul tentang Hak-hak dan Kewajiban yang Terbit dari Pelayaran.

Hubungan pengusaha dan pembantunya
 
Dalam menjalani usaha nya pengusaha dalam suatu perusahan dibantu oleh orang-orang yang kompeten di bidang nya dan hal ini akan membentuk suatu jalinan kerja sama. Pengusaha adalah orang atau badang hukum atau sekelompok orang yang mendirikan, membuat dan mengelola suatu perusahaan atu usaha yang dijalankan serta bertanggung jawab penuh atas kelangsungan perusahaan yang didirikannya.
 Bagi perusahaan yang sudah besar, Memasarkan produknya biasanya dibantu oleh pihak lain, yang disebut sebagai pembantu pengusaha. Secara umum pembantu pengusaha dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a.Pembantu-pembantu pengusaha di dalam perusahaan, misalnya pelayan toko, pekerja keliling, pengurus fillial, pemegang prokurasi dan pimpinan perusahaan.
b. Pembantu pengusaha diluar perusahaan, misalnya agen perusahaan, pengacara, noratis, makelar, komisioner.
  Pengusaha dan kewajibannya

- Memberikan waktu kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan kewajiban menurut agamanya
– Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu, kecuali ada ijin penyimpangan
– Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki/laki dan perempuan
– Bagi perusahaan yang memperkerjakan 25 orang buruh atau lebih wajib membuat peraturan perusahaan
– Wajib membayar upah pekerja pada saat istirahat / libur pada hari libur resmi
– Wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih
– Wajib mengikut sertakan dalam program Jamsostek atupun asuransi lainnya.

 Bentuk-bentuk badan usaha

a)          Perseroan terbatas
Perseroan terbatas adalah suatu badan usaha yang mempunyai kekayaan, hak, serta kewajiban sendiri, yang terpisah dari kekayaan, hak sereta kewajiban para pendiri maupun pemilik. 
b)          Koperasi
Menurut UU no. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah suatu bentuk badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan dan bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat.
c)           Yayasan
Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang.
d)          Badan usaha milik negara
BUMN adalah semua perusahaan dalam bentuk apapun dan bergerak dalam bidang usaha apapun yang sebagian atau seluruh modalnya merupakan kekayaan Negara, kecuali jika ditentukan lain berdasarkan Undang Undang.

Sumber :
http://istilahhukum.wordpress.com/2012/12/06/hubungan-hukum-dagang-dan-hukum-perdata/
http://statushukum.com/hukum-dagang-di-indonesia.html
 http://rumaishaa.wordpress.com/2013/04/27/hukum-dagang/
Tugas Softskill Minggu ke 5
Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Nama : Syarafina ghassani
NPM : 26211986
Kelas : 2EB24

Hukum Perjanjian

Pengertian Standar Kontrak

Standar kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak ini telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap pihak ekonomi lemah. Biasa juga disebut sebagai perjanjian baku. Menurut Hondius, inti dari perjanjian baku adalah isi dari perjanjian itu tanpa dibicarakan dengan pihak lainnya, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isi perjanjian tersebut.
Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan bahwa standar kontrak adalah perjanjian yang telah dibakukan, ciri-cirinya :
1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang berposisi (ekonomi) kuat.
2. Masyarakat (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama menetukan isi perjanjian
3. Terbentur oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian itu.
4. Bentuk tertentu (tertulis).
5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.


 MACAM – MACAM PERJANJIAN
Macam-macam perjanjian obligator ialah sebagai berikut:
1.      Perjanjian dengan cumua-Cuma dan perjanjian dengan beban.
a.       Perjanjian dengan Cuma-Cuma ialah suatu perjanjian dimana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri. (Pasal 1314 ayat (2) KUHPerdata).
b.      Perjanjian dengan beban ialah suatu perjanjian dimana salah satu pihak memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain dengan menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
2.      Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik.
a.       Perjanjian sepihak adalah suatu perjanjian dimana hanya terdapat kewajiban pada salah satu pihak saja.
b.      Perjanjian timbal balik ialah suatu perjanjian yang memberi kewajiban dan hak kepada kedua belah pihak.
3.      Perjanjian konsensuil, formal dan riil.
a.       Perjanjian konsensuil ialah perjanjian dianggap sah apabila ada kata sepakat antara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut.
b.     Perjanjian formil ialah perjanjian yang harus dilakukan dengan suatu bentuk tertentu, yaitu dengan cara tertulis.
c.      Perjanjian riil ialah suatu perjanjian dimana selain diperlukan adanya kata sepakat, harus diserahkan.
4.     Perjanjian bernama, tidak bernama, dan campuran.
a.       Perjanjian bernama ialah suatu perjanjian dimana UU telah mengaturnya dengan ketentuan-ketentuan khusus yaitu dalam Bab V sampai bab XIII KUHerdata ditambah titel VIIA.
b.      Perjanjian tidak bernama ialah perjanjian yang tidak diatur secara khusus.
c.       Perjanjian campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai perjanjian yang sulit di kualifikasikan.
  SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat menurut pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:
1.      Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2.      Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3.      Suatu hal tertentu
4.      Suatu sebab yang halal
Dua syarat yang pertama dinamakan syarat-syarat subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedanngkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat obyektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau obyeknya dari perbuatan hukum yang dilakukan.
Dalam pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan sebagai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian:
1.      Orang-orang yang belum dewasa
2.      Mereka yang ditaruh di bawah pengampunan
3.      Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
Menurut kKitab Undang-Undang Hukum Perdata, seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu perjanjian, memerlukan bantuan atau izin (kuasa tertulis) dari suaminya (pasal 108 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).
    SAAT LAHIRNYA PERJANJIAN
Menurut azas konsensualitas, suatu pejanjian dilahirkan pada detik tercapainya sepakat atau persetujuan antara kedua belah pihak mengenai hal-hal yang pokok dari apa yang menjadi obyek perjanjian. Sepakat adalah suatu persesuaian paham dan kehendak antara dua pihak tersebut. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu adalah juga yang dikehendaki oleh pihak yang lainnya, meskipun tidak sejurusan tetapi secara bertimbal balik. Kedua kehendak itu bertemu satu sama lain.
Karena suatu perjanjian dilahirkan pada detik tercapainya sepakat, maka perjanjian itu lahir pada detik diterimanya penawaran (offerte). Menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, perjanjian harus dianggap dilahirkan pada saat dimana pihak yang melakukan penawaran menerima jawaban yang termaksud dalam surat tersebut, sebab saat itulah dapat dianggap sebagai detik lahirnya sepakat. Karena perjanjian sudah dilahirkan maka tak daapat lagi ia ditarik kembali jika tidak seizin pihak lawan.

 Pembatalan dan Pelaksanaan Suatu Perjanjian
  1. Pembayaran
  2. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan uang atau barang pada Panitera Pengadilan Negeri
  3. Pembaharuan utang atau novasi
  4. Perjumpaan utang atau Kompensasi
  5. Percampuran utang
  6. Pembebasan utang
  7. Musnahnya barang yang terutang
  8. Batal/Pembatalan
  9. Berlakunya suatu syarat batal
  10. Lewat waktu
sumber :
http://pakmanihuruksh.wordpress.com/2012/01/28/kontrak/
http://kadekarisupawan.wordpress.com/2013/05/05/hukum-perjanjian/
http://okkyriyanlafinzha.wordpress.com/2013/05/03/hukum-perjanjian/