Minggu, 06 Mei 2012

PEREKONOMIAN INDONESIA MINGGU 8


SYARAFINA GHASSANI
26211986
1EB21

Struktur Produksi,Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Salah satu masalah yang paling mendasar dalam perekonomian sebuah negara adalah tingginya angka kemiskinan. Angka ini sederhananya dihitung dengan membagi banyaknya penduduk miskin dengan jumlah keseluruhan penduduk di negara tersebut. Atau, jika hendak menghitung jumlah rumah tangga yang tergolong miskin, dibagi dengan jumlah rumah tangga yang terdata di negara bersangkutan. Angka hasil pembagian inilah yang dinyatakan secara persentase sebagai angka kemiskinan relatif. Semakin tinggi tingkat kemiskinan relatif, maka semakin buruk kondisi perekonomian negara tersebut.
Tingkat kemiskinan itu sendiri telah menjadi parameter penting untuk menilai tumbuh kembangnya suatu negara di dunia. Berdasarkan data yang digunakan pemerintah, tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai kisaran 15 persen pada tahun 2010, atau turun sekitar 3 – 4 persen dari tahun 2009. Ini artinya hampir 2 dari 10 orang Indonesia adalah orang miskin. Meskipun menurut Menko Perekonomian Hatta Radjasa jumlah kemiskinan di Indonesia berkurang, namun data ini dapat diragukan validitasnya.
Hal ini antara lain karena standar kemiskinan yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang cuma USD 0,75 perhari. Artinya jika dihitung dengan kurs saat ini, seseorang yang pendapatannya lebih dari Rp. 6.000,- perhari sudah tidak dianggap miskin lagi oleh pemerintah. Jadi kesannya orang miskin di Indonesia sudah berkurang.
Maka dengan membandingkan kenaikan gaji buruh, besar inflasi, dan garis kemiskinan yang digunakan BPS dengan batas garis kemiskinan yang ditetapkan World Bank dan negara-negara lain, ternyata jumlah orang miskin di Indonesia sebenarnya bertambah. World Bank sendiri dalam versinya mengenai kemiskinan mendefinisikan penduduk miskin saat ini adalah mereka yang hidup dengan pendapatan perhari dibawah USD 2, atau sekitar Rp. 18.000,-. Jika standar ini kita gunakan, pastinya jumlah orang miskin di Indonesia tidak akan sekecil sekarang ini. Dan bahkan menurut saya pribadi, angka USD 2 itu masih terlalu kecil untuk digunakan. Bayangkan apa yang dapat dilakukan oleh orang berpendapatan sekecil itu untuk mengembangkan hidupnya.
Selain angka kemiskinan yang meragukan itu, efektivitas penggunaan anggaran untuk pengentasan kemiskinan juga layak dipertanyakan karena terbukti tidak mampu mengatasi pengurangan jumlah kemiskinan dan pengangguran secara signifikan. Sebagai contoh pada tahun 2009 dana yang digelontorkan pemerintah sebesar Rp. 71 triliun untuk mengurangi 15,1 juta jiwa penduduk miskin, tepatnya dari angka awal 32,35 juta (2009) menjadi 31,02 juta (2010). Artinya, untuk mengentaskan satu orang miskin selama 2009 dibutuhkan dana Rp. 47 juta. Angka yang sangat tidak rasional.

 Philips dan Legates (1981) mengemukakan empat pandangan tentang kemiskinan, yaitu pertama, kemiskinan dilihat sebagai akibat dari kegagalan personal dan sikap tertentu khususnya ciri-ciri sosial psikologis individu dari si miskin yang cendrung menghambat untuk melakukan perbaikan nasibnya. Akibatnya, si miskin tidak melakukan rencana ke depan, menabung dan mengejar tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Kedua, kemiskinan dipandang sebagai akibat dari sub budaya tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kaum miskin adalah kelompok masyarakat yang memiliki subkultur tertentu yang berbeda dari golongan yang tidak miskin, seperti memiliki sikap fatalis, tidak mampu melakukan pengendalian diri, berorientasi pada masa sekarang, tidak mampu menunda kenikmatan atau melakukan rencana bagi masa mendatang, kurang memiliki kesadaran kelas, atau gagal dalam melihat faktor-faktor ekonomi seperti kesempatan yang dapat mengubah nasibnya. Ketiga, kemiskinan dipandang sebagai akibat kurangnya kesempatan, kaum miskin selalu kekurangan dalam bidang keterampilan dan pendidikan untuk memperoleh pekerjaan dalam masyarakat. Keempat, bahwa kemiskinan merupakan suatu ciri struktural dari kapitalisme, bahwa dalam masyarakat kapitalis segelintir orang menjadi miskin karena yang lain menjadi kaya. Jika dikaitkan dengan pandangan konservatisme, liberalisme dan radikalisme, maka poin pertama dan kedua tersebut mencerminkan pandangan konservatif, yang cendrung mempersalahkan kemiskinan bersumber dari dalam diri si miskin itu sendiri. Ketiga lebih mencerminkan aliran liberalisme, yang cendrung menyalahkan ketidakmapuan struktur kelembagaan yang ada. Keempat dipengaruhi oleh pandangan radikalis yang mempersalahkan hakekat atau prilaku negara kapitalis.

 Pengertian kemiskinan disampaikan oleh beberapa ahli atau lembaga, diantaranya adalah 
  • BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. 
  • Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak. 
  • Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. 
  • Menurut Ellis (1994) kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik. 
  • Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. 
  • Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material. 
  • Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa pengertian tersebut dapat diambil satu poengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.
sumber :  http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/04/23/49/
              http://okkitrinanda.blog.com/2011/10/08/kemiskinan-dan-distribusi-pendapatan/
PEREKONOMIAN INDONESIA MINGGU 7


SYARAFINA GHASSANI
26211986
1EB21

Struktur Produksi
 Struktur produksi adalah logika proses produksi, yang menyatakan hubungan antara beberapa pekerjaan pembuatan komponen sampai menjadi produk akhir, yang biasanya ditunjukkan dengan menggunakan skema. Struktur produksi nasional dapat dilihat menurut lapangan usaha dan hasil produksi kegiatan ekonomi nasional. Berdasarkan lapangan usaha struktur produksi nasional terdiri dari sebelas lapangan usaha dan berdasarkan hasil produksi nasional terdiri dari 3 sektor, yakni sektor primer, sekunder, dan tersier.
  • Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

Pendapatan Nasional
 Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.

Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
  • Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
  • Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri,agraris,ektraktif,jasa,dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
  • Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X-M)
 
sumber : http://irsyadrastafara.blogspot.com/2012/04/struktur-produksi-distribusi-pendapatan.html
              http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional